selamat datang

selamat datang di Laksana's Blog of Nursing..
maaf masih jauh dari sempurna,,

Jumat, 11 November 2011

ASKEP ASMA BRONCHIALE


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS ASMA BRONCHIALE



Disusun Oleh :
BUDI LAKSANA
08.321.095



S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011







1.      Konsep Dasar

I.            Pengertian
Asma bronchiale adalah keadaan respon abnormal saluran nafas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan saluran nafas (IPD jilid II, 2001).
Asma bronchiale dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1.      Esfrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh bahan alergen seperti spora, jamur, debu, bulu binatang dan yang lebih jarang adalah susu atau coklat. Dan asma yang umumnya dimulai sejak kanak-kanak dengan anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti hayfever, dermatitis.
2.      Asma infrinsik
Ditandai dengan faktor yang tidak jelas. Asma ini sering muncul setelah umur 40 tahun. Serangan ini makin lama makin sering sehingga akan terjadi brontitis kronik.
3.      Asma campuran
Kombinasi ekstrinsik dan instrinsik

II.         Etiologi
Penyebab dari asma bronchiale belum diketahui secara pasti namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan. Asma saat ini dipandang sebagai penyakit inflamasi saluran nafas. Inflamasi ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi) dan rubor (kemerahan karena vasodilatasi), tumor lekssutasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensoris) dan fuction laesa (fungsi yang terganggu) ternyata ke enam syaraf tersebut dijumpai pada asma, sifat saluran nafas pasien asma sangat peka terhadap berbagai rangsangan iritan (debu), zat kimia (histamin) dan feses (kegiatan jasmani).


III.      Anatomi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Saluran pernafasan di bagi menjadi 2 zona yaitu :
1.      Zona konduksi
Terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus dan bronkus terminalis.
2.      Zona respiratorik
Terdiri dari bronkioli respiratorik, duktus alveoli

IV.      Patofisiologis
Destruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat mukus edema dan inflamasi dinding bronkus. Destruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas menyempit. Gejala mengi menandakan adanya penyempitan di saluran nafas besar, sedang pada saluran nafas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi. Penyempitan saluran nafas ternyata tidak merata di seluruh bagian paru. Ada daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang melalui daerah tersebut mengalami hipoksemia. Untuk mengatasi kekurangan O2 tubuh melakukan hiperventilasi, agar kebutuhan O2 terpenuhi. Tetapi akibat pengeluaran CO2 sehingga PaCO menurun dan menimbulkan alkalosis respiratorik pada serangan asma yang lebih berat lagi banyak saluran nafas tertutup oleh mukus sehingga tidak memungkinkan lagi terjadi pertukaran gas. Hal ini menyebabkan hipokremia dan kerja otot-otot pernafasan bertambah berat serta terjadi peningkatan produksi CO2, peningkatan produksi CO2 dapat mengakibatkan gagal nafas.

V.         Gejala Klinis
Gejala Klinis asma adalah batuk, mengi dan sesak nafas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada dan pada asma alergik bisa disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan Sekret, pada asma alergi, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergi pencetus non alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang infeksi saluran nafas ataupun perubahan cuaca

VI.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat dibagi atas :
1.      Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan
-          Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
-          Netrofil dengan eosinofil yang terdapat pada sputum umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang-kadang terdapat mukus plug.
2.      Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan terjadi peningkatan eosinofil sedangkan leokosit dapat meningkatkan atau normal, walaupun terdapat komplikasi.
-          Analisis gas darah pada umumnya normal, akan tetapi dapat pula terjadi hipoksomia, asidosis.
-          Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan IDH.
3.      Pemeriksaan radiologi
Kelainan yang didapat adalah :
-          Bila disertai dengan bronchitis maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
-          Bila terjadi emfirema (COPD) maka gambaran radiolosan akan semakin bertambah.
-          Bila komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrasi pada paru-paru.

4.      Pemeriksaan faal paru
Berdasarkan pemeriksaan faal paru maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
-          Setiap pasien menunjukkan peningkatan resistensi jalan pernafasan dan penurunan expiratory flow rate (kecepatan aliran ekspirasi)
-          Peningkatan fluktuasi dari tekanan intrapleura.
5.      Scaning paru
Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma ternyata tidak menyeluruh, pada paru-paru sedangkan pada pemeriksaan xenon 133 melalui pembuluh darah dapat dilihat redistribusi radioaktif tidak menyeluruh pada kedua paru.

VII.   Penatalaksanaan
Pada penderita asma bronchiale dapat ditinjau dari berbagai pendekatan seperti :
a.       Mencegah ikatan alergen IGE
Menghindari alergen, tampaknya sederhana tetapi sukar untuk dilakukan.
b.      Mencegah pelepasan mediator
Premedikasi dengan natrium kromolin dapat mencegah spasme bronkus yang dicetuskan oleh alergen natrium kromolin mekanisme konjungtiva diduga mencegah penglepasan mediator dari mastosif obat tersebut tidak adapat mengatasi spasme bronkus yang telah terjadi, oleh karena itu hanya dipakai sebagai obat profilaktif pada terapi pemeliharaan.
c.       Melebarkan saluran nafas dengan bronkodilator
Kortikosteroid tidak termasuk obat golongan bronkodilator tetapi secara tidak langsung, dapat melebarkan saluran nafas.

d.      Mengurangi respons dengan jalan meredam inflamasi saluran nafas.
Implikasi terapi proses inflamasi diatas adalah meredam inflamasi yang ada baik dengan natrium kromolin, atau secara lebih paten dengan kartikosteroid baik secara oral, parenteral atau inhalasi

VIII.Komplikasi
-          Pneumotoraks
-          Pneumodiastinum dan erofirema subkutis
-          Atelektasis
-          Gagal nafas
-          Bronkitis
-          Fraktur iga

2.      Asuhan Keperawatan

I.             Pengumpulan data
a.       Identitas klien
b.      Keluhan utama
Biasanya pada klien dengan asma bronchiale mengeluh sesak nafas
c.       Riwayat kesehatan
-          Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti sesak nafas batuk dan disertai dahak dan alergi.
-          Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan   :  -    Kapan terjadinya
                         -    Sering / kadang-kadang
                         -    Batuk produktif atau non produktif
                         -    Sputum dan warna
-          Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya merupakan faktor keturunan dari salah satu anggota keluarga.

II.         Pola Fungsi kesehatan
1.      Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Meliputi persepsi klien terhadap kesehatan dan penyakitnya.
Apa yang dilakukan klien bila merasa sakit
2.      Pola nutrisi dan metabolisme
Meliputi makanan klien dalam sehari
3.      Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas / kebutuhan istirahat, akibat sesak nafas dan batuk sehingga dapat menghambat aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi.
4.      Pola eliminasi
Pada pola ini klien tidak mengalami gangguan
5.      Pola tidur dan istirahat
Pada pasien ini mengalami gangguan pada pola tidur yang diakibatkan sesak nafas dan batunya
6.      Pola sensori dan kognitif
Bagaiman Klien dalam menghadapi penyakitnya, apakah dapat mengerti cara penanggulangan pertama jika kambuh penyakitnya
7.      Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi klien tentang penyakitnya dan bagaiman konsep diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya
8.      Pola hubungan dan peran
Dalam hal ini hubungan dan peran klien terganggu karena klien mungkin merasa bahwa dirinya orang yang sakit-sakitan
9.      Pola reproduksi dan sexual
Mengalami gangguan akibat penurunan libido yang diakibatkan sesak nafas yang ia alami.
10.  Pola penanggulangan stress
Bagaimana klien menghadapi masalah yang membebaninya sekarang, cara penanggulangannya.

11.  Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada hal-hal yang ber sifat ghoib.

III.      Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan umum
Yang perlu dikaji kesadaran, TTV, sesak nafas dan batuk, suara tambahan (whezing, ronchi)
2.      Dada
-          Inspeksi     : Pada klien asma terlihat pergerakan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
-          Palpasi       : Meliputi pergerakan dada kanan + kiri simetris atau tidak, ada atau tidaknya nyeri tekan.
-          Perkusi       :  Klien asma suara ketok sonor antara dada kanan dan kiri.
-          Auskultasi    :           Terdapat suara tambahan, berupa whezing ronchi.
3.      Abdomen
-          Inspeksi     : Pada klien terlihat otot bantu pernafasan perut
-          Palpasi       : Ada tidaknya nyeri klien pembesaran hati atau limfe
-          Perkusi       :  Pada penyakit ini peristaltik usus tidak ada gangguan.
-          Auskultasi    :           Meliputi ada tidaknya kembung, suara pekak atau redup

IV.      Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan terbatasnya aliran udara, kelelahan otot pernafasan dan produksi mukus yang berlebihan.
2.      Ketidak efektifan dan produksi mukkus yang meningkat.
3.      Kecemasan berhubungan dengan sesak nafas.
4.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang paparan pathogen, rendahnya pertahanan tubuh.
Intervensi
Dx I        : Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan terbatasnya aliran udara, kelelahan otot pernafasan dan produksi mukus yang berlebihan.
Tujuan    :  Klien dapat bernafas dengan normal
KH         : Produksi mukus yang menurun
Rencana tindakan
1)      Mengkaji pola nafas, rata-rata, irama dan kedalaman ekspansi paru.
R / Untuk mengetahui pola pernafasan klien.
2)      Observasi TTV
R/  Untuk mengetahui perkembangan klien.
3)      Ajarkan teknik untuk membantu dalam mempertahankan posisi tubuh yang tepat selama terjadi dispnea.
R/  Untuk memberikan rasa nyaman klien dalam istirahat
4)      Mengkaji kualitas dan kuantitas sputum
R/  Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sputum
5)      Melakukan kolaborasi dengan tim medis
R/  Agar tepat dalam melaksanakan peran independen perawat

Dx II      : Ketidak efektifan dan produksi mukkus yang meningkat.
Tujuan    :  Pembersihan jalan nafas klien dapat normal
KH         : Batuk klien dapat berkurang
Intervensi :
1)      Gunakan nebulizer untuk pengeluaran sekret
R / Memudahkan dalam melakukan pengeluaran sekret
2)      Ajarkan metode batuk efektif
R/  Sekret dapat keluar dengan mudah
3)      Beri posisi semi fowler pada klien
R/  Agar memudahkan / memberi rasa nyaman pada klien agar tidak sesak.
4)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi bronkodilator
R/  Untuk melebarkan saluran pernafasan
Dx III     : Cemas berhubungan dengan sesak nafas.
Tujuan    :  Klien dapat mengelola kecemasan
KH         : Klien tidak merasakan cemas lagi
Intervensi :
1)      Ajarkan pada klien tentang teknik relaxaxi
R / Untuk mengurangi kecemasan pada klien.
2)      Beri penjelasan pada klien tentang hal-hal apa saja yang dapat mengakibatkan keparahan pada penyakitnya.
R/  Agar klien mengetahui apa saja yang dapat mengakibatkan atau memperparah penyakitnya.
3)      Anjurkan klien untuk menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan bertambahnya sesak yang ia alami.
R/  Untuk mengurangi sesak yang dialami klien
4)      Hindarkan klien dari hal-hal yang membuat dia cemas
R/  Untuk mengurangi cemas yang dialami klien.

Dx IV     : Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang paparan pathogen, rendahnya pertahanan tubuh.
Tujuan    :  Klien dapat melakukan pencegahan terhadap penyebaran infeksi dan menunjukkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
KH         : Klien menyatakan pemahaman dalam proses penyakit dan kebutuhan pengobatan, melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan.
Intervensi :
1)      Jelaskan pada klien tentang penyebaran infeksi, bersin, droplet selama batuk.
R / Pemahaman dalam proses penyakit akan membantu klien untuk mencegah penyebaran infeksi.
2)      Instruksikan klien batuk dan meludah dengan benar (tampung dalam sputum pot dan beri desinfektan)
R/  Perubahan perilaku perlu untuk mencegah penyebaran penyakit.
3)      Monitor temperatur sesuai dengan indikasi.
R/  Reaksi febris adalah indikator berlanjut infeksi
4)      Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian dan alasan pengobatan yang lama.
R/  Meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah obat sesuai perbaikan kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. Dkk (1999)., Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius FKUI.

Marlyn E. Doenges, (2000)., Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Prof. Dr. H. Slamet Suyono, SPPD, KE dkk (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Gaya Baru.






































LEMBAR PENGESAHAN


Kasus ini kami ambil dari ruang Paviliun Sofa Rumah Sakit Siti Khodijah Surabaya, pada saat mengikuti praktek keperawatan Akademi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya mulai tanggal 05 Januari 2004 sampai dengan 18 Januari 2004


Mahasiswa praktek,



MOCH. WINDI
Nim : 200138


Mengetahui,
Kepala ruang Paviliun Sofa
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang

Pembimbing ruang Paviliun Sofa
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang

___________________
___________________
Nip.
Nip.


Pembimbing Pendidikan
Akper Unmuh Surabaya





Nip




Tidak ada komentar:

Posting Komentar